Seiring berkembangnya zaman,
kemajuan di setiap bidang ilmu pengetahuan sangat melaju pesat. Seperti halnya
di bidang teknologi para ilmuan berlomba-lomba memikirkan sesuatu yang sangat
berguna bagi dunia. Namun, pada kali ini kita akan membahas kemajuan di bidang
ilmu Bioteknologi.
Padi, merupakan tanaman yang sudah
tidak asing lagi di dengar oleh manusia khususnya bagi masyarakat Indonesia. Bulir
putih yang penuh akan glukosa dan karbohidrat ini sudah menjadi makanan utama
di negara ini, Tetapi berkurangnya lahan pertanian dan jumlah populasi penduduk
yang kian meningkat membuat pemerintah negara menjadi kewalahan dalam mencukupi
kebutuhan pangan.
Para ilmuan di bidang ilmu
Bioteknologi asal China, mulai mengembangkan varietas padi yang tahan terhadap
air asin dan dapat menghasilkan hasil panen hingga 2,5 ton. Pemerintah Xinhua
melaporkan Para peneliti dari Hainan University menanam 18 varietas padi tahan
air asin di lahan yang terkena air laut dan cenderung basa dan mengidentifikasi
salah satu varietas yang sesuai dengan hasil varietas
yang tumbuh di lahan pertanian normal. Para peneliti memasukkan gen tahan air asin dari tanaman liar ke dalam varietas padi normal 6 tahun silam dan setelah bertahun-tahun melakukan pemindaian didapatkanlah 18 varietas tahan air asin ini.
yang tumbuh di lahan pertanian normal. Para peneliti memasukkan gen tahan air asin dari tanaman liar ke dalam varietas padi normal 6 tahun silam dan setelah bertahun-tahun melakukan pemindaian didapatkanlah 18 varietas tahan air asin ini.
Pada November 1986, Seorang peneliti asal china Chen Risheng menemukan
padi liar yang hidup di dalam hutan mangrove dengan panjang tangkai tanaman
mencapai 1,6 m. Peneliti tersebut terus melakukan pemuliaan terhadap padi ini
sehingga sampai saat ini disebut sebagai “Sea-Rice 86” atau Oryza coarctata. Padi ini dapat hidup
tergenang dalam pasang air laut 3-4 hari dan mengandung 64% nutrisi yang lebih
banyak dibandingkan dengan padi konvensional.
Berikut
adalah hasil penelitian dari Chen Risheng :
Di lain tempat para peneliti di
IRRI, Filipina, mungkin telah menghasilkan tanaman padi yang paling tahan
terhadap tanah dengan kadar garam
(salinitas) tinggi. Minggu yang lalu, Dr. Kshirod Jena, yang memimpin kelompok
peneliti yang menghasilkan padi tersebut, menyatakan bahwa ini merupakan hasil
persilangan antara dua spesies padi yang amat berjauhan secara genetis yaitu Oryza coarctata dan IR56.
Menurut Bao-rong dan Song Ge, Oryza
coarctata adalah spesies padi yang dapat hidup di air garam, padi ini berasal
dari daerah Bangladehs yang hidup di daerah hutan mangrove toleransi terhadap
tanah salin yaitu tanah yang mengandung kadar natrium (NA) yang tinggi.
Sumber : http://biogen.litbang.pertanian.go.id/wp/wp-content/uploads/2013/04/OB-XB822_saltyr_padi_tahan_garam.jpg
Dikarenakan perbedaan genetis yang
sangat jauh ini, proses persilangan menjadi tidak mudah karena, hampir 100%
dari keturunannya bersifat steril atau tidak bisa dikembangbiakkan. Dari 34,000
hibrid yang dihasilkan dari persilangan Oryza
coarctata X IR56 ini, hanya 3
embrio yang berhasil diselamatkan dan hanya 1 yang akhirnya bisa ditumbuhkan
hingga dewasa dan bisa berkembang biak.
Varietas yang dihasilkan ini
memiliki kemampuan mengeluarkan garam dari tubuh tanaman ke udara melalui
kelenjar garam pada daun-daunnya. Para peneliti di IRRI berharap dalam 4 tahun
ke depan, sebuah padi varietas baru dari hasil persilangan ini dapat dilepas ke
masyarakat. Dengan demikian, para petani bisa memanfaatkan tanah-tanah yang
berkadar garam tinggi karena dekat dengan air laut.
Menurut
saya sendiri, ada kemungkinan besar padi bisa di budidayakan di laut atau di
daerah yang kadar garam tinggi. Mungkin apabila padi liar tersebut dapat di
manipulasi dengan gen tembakau atau di silangkan maka akan menghasilkan varietas padi yang baru. teknik penyilangan ini dapat dilakukan dengan rekayasa genetika, yaitu :
1. Identifikasi objek
2. Isolasi DNA
Isolasi DNA adalah salah satu teknik dasar yang harus dikuasai dalam mempelajari teknik biologi sel. Teknik ini diawali dengan perusakan dinding sel (tumbuhan) dan lisis membran sel yang merupakan upaya pemecahan sel, serta presipitasi DNA yang akan dipisahkan (purifikasi DNA). Perusakan dinding sel biasanya menggunakan nitrogen cair yang memiliki suhu -169˚C. Penggunakan nitrogen cair ini dimaksudkan untuk membekukan sel, setelah sel beku lalu sel dirusak (digerus) sampai benar benar halus dengan mortar agar dinding sel rusak.
3. Vektor
Enzim yang berperan sebagai pembawa DNA
4. Pemotongan DNA
5. Seleksi
1. Identifikasi objek
2. Isolasi DNA
Isolasi DNA adalah salah satu teknik dasar yang harus dikuasai dalam mempelajari teknik biologi sel. Teknik ini diawali dengan perusakan dinding sel (tumbuhan) dan lisis membran sel yang merupakan upaya pemecahan sel, serta presipitasi DNA yang akan dipisahkan (purifikasi DNA). Perusakan dinding sel biasanya menggunakan nitrogen cair yang memiliki suhu -169˚C. Penggunakan nitrogen cair ini dimaksudkan untuk membekukan sel, setelah sel beku lalu sel dirusak (digerus) sampai benar benar halus dengan mortar agar dinding sel rusak.
3. Vektor
Enzim yang berperan sebagai pembawa DNA
4. Pemotongan DNA
5. Seleksi
Kita tidak akan pernah tau bagaimana
perkembangan berbagai jenis padi di masa yang akan datang, di samping
pemerintah yang terus menerus mendesak para ilmuan untuk menemukan sesuatu yang
baru masih banyak misteri di dunia ini yang belum bisa terpecahkan khususnya di
bidang ilmu bioteknologi, seperti pemendekan masa tumbuh padi, kemunculan
varietas baru hasil persilangan, persilangan dengan gen asing, dan masih banyak
lainnya. Semoga para ilmuan di dunia dapat terus berkarya dan mengembangkan
berbagai penelitian yang sudah dilakukan.
REFERENSI
Anonim. 2010. Petani kembangkan padi tahan air asin.( http://sains.kompas.com/read/2010/10/21/13421548/Petani.Kembangkan.Padi.Tahan.Air.Asin). Diakses pada tanggal 27 September 2015.
Ciputra. 2014. Ilmuan china ciptakanvarietas padi tahan air asin dengan hasil panen lebih banyak. (http://www.ciputraentrepreneurship.com/teknologi/ilmuwan-china-ciptakan-varietas-padi-tahan-air-asin-dengan-hasil-panen-lebih-banyak). Diakses pada tanggal 27 September 2015.
Kangmin. 2014. The story of Sea-Rice 86. (http://zerichina.bokee.com/502468446.html). Diakses pada tanggal 27 September 2015.
Kangmin. 2014. Feeding China with Sea-rice 86. (http://www.isis.org.uk/Feeding_China_with_Sea-Rice.php). Diakses pada tanggal 27 September 2015.
Lu, B-R and Ge, S. 2005. Oryza coarctata : the name that
best reflects the relationship of Portesia coarctata (Poaceae : Oryzeae). –
Nord J. Bot. 23: 555-558. Copenhagen. ISSN 0107-055X.
Tasliah. 2013. Padi tahan tanah bergaram. (http://biogen.litbang.pertanian.go.id/index.php/2013/04/terobosan-baru-padi-tahan-tanah-bergaram/).
Diakses pada tanggal 27 September 2015.
0 Komentar