I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Istilah saponifikasi
dalam literatur berarti “soap making”. Akar kata “sapo” dalam bahasa Latin yang
artinya soap / sabun. Pengertian Saponifikasi (saponification) adalah reaksi
yang terjadi ketika minyak / lemak dicampur dengan larutan alkali. Ada dua
produk yang dihasilkan dalam proses ini, yaitu Sabun dan Gliserin.
Angka penyabunan
menunjukan berat molekul lemak dan miyak secara kasar. Miyak yang disusun oleh
asam lemak berantai karbon yang pendek mempunyai berat molekul yang relative
kecil, maka akan mempunyai angka penyabunan yang besar. Dan sebaliknya, bila
mempunyai berat molekul yang besar, maka angka penyabunan relative kecil. Angka penyabunan dinyatakan
sebagai banyaknya (gram) NaOH atau KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu
gram lemak atau minyak.
Alkohol yang ada pada
KOH berfungsi untuk melarutkan asam lemak hasil hidrolisa agar mempermudah
reaksi dengan basa sehingga membentuk sabun. Penentuan bilangan penyabunan
dilakukan untuk mengetahi sifat minyak
dan lemak. Pengujian sifat ini dapat digunakan untuk membedakan lemak yang satu
dengan yang lainnya. Angka penyabunan dapat juga digunakan untuk menentukan
berat molekul dari suatu lemak atau minyak.
1.2. Tujuan Percobaan
Untuk menentukan berat molekul
minyak dan lemak secara kasar.
II.TINJAUAN
PUSTAKA
Sabun dibuat dari
proses saponifikasi lemak hewan (tallow) dan dari minyak. Gugus induk lemak
disebut fatty acids yang terdiri dari rantai hidrokarbon panjang (C12 sampai
C18) yang berikatan membentuk gugus karboksil. Asam lemak rantai pendek jarang
digunakan karena menghasilkan sedikit busa. Reaksi saponifikasi tidak lain
adalah hidrolisis basa suatu ester dengan alkali (NaOH/KOH). Range atom C
diatas mempengaruhi sifat-sifat sabun seperti kelarutan, proses emulsi dan
pembasahan. Sabun murni terdiri dari 95% sabun aktif dan sisanya adalah air,
gliserin, garam dan kemurnian lainnya. Semua minyak atau lemak pada dasarnya
dapat digunakan untuk membuat sabun. Lemak merupakan campuran ester yang dibuat
dari alkohol dan asam karboksilat seperti asam stearat, asam oleat dan asam
palmitat. Lemak padat mengandung ester dari gliserol dan asam palmitat,
sedangkan minyak, seperti minyak zaitun mengandung ester dari gliserol asam
oleat (Fessenden, 1982).
Sabun termasuk salah
satu jenis surfaktan yang terbuat dari minyak atau lemak alami. Surfaktan
mempunyai struktur bipolar. Bagian kepala bersifat hidrofilik dan bagian ekor
bersifat hidrofobik. Karena sifat inilah sabun mampu mengangkat kotoran
(biasanya lemak) dari badan dan pakaian. Selain itu, pada larutan, surfaktan
akan menggerombol membentuk misel setelah melewati konsentrasi tertentu yang
disebut konsentrasi kritik misel. Sabun juga mengandung sekitar 25% gliserin.
Gliserin bisa melembabkan dan melembutkan kulit, menyejukan dan meminyaki
sel-sel kulit juga. Oleh karena itu dilakukan percobaan pembuatan sabun dan
pengujian terhadap sifat-sifat sabun, sehingga akan didapat sabun yang
berkualitas (Levenspiel, 1972).
Sabun merupakan suatu
kebutuhan pokok manusia yang selalu digunakan sehari-hari. Fungsi utama dari
sabun adalah membersihkan. Dilingkungan sekitar, banyak macam wujud sabun yang
dapat ditemui, baik yang dalam bentuk cair, lunak, krim, maupun yang padat.
Kegunaannya pun beragam, ada yang sebagai sabun mandi, sabun cuci sabun tangan,
sabun cuci peralatan rumah tangga dan lain sebagainya (Herbamart,2011).
III.
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1
Tempat dan Waktu percobaan
Tempat Percobaan : Laboratorium Ilmu dan
Teknologi benih Fakultas Pertanian
Universitas Syah Kuala.
Waktu Percobaan : Rabu, 2 April 2014 pukul 08:00-10:00 WIB.
3.2
Bahan dan Alat Percobaan
Bahan : - Minyak
- KOH 0.5 N alkoholik
- HCL 0.5 N
- PP
Alat
: - Timbangan analitik
- Erlemeyer
- Gelas arloji
- Biuret
- Pipet tetes
3.3
Prosedur Percobaan
1. Minyak ditimbang sebanyak 5 gram
dalam erlemeyer.
2. 50 ml KOH 0.5 N alkoholik ditambahkan.
3. Ditutup dengan pendingin, dan di
didihkan sampai minyak tersabunkan secara
sempurna yang ditandai dengan tidak terlihat butir-butir lemak atau
minyak
dalam larutan.
4. setelah dingin ditritrasi dengan
menggunakan indicator PP HCL 0.5 N.
5. Percobaan diulangi sekali lagi.
6. Perubahan yang terjadi diamati.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.2. Pembahasan
Asam lemak merupakan asam organik yang terdiri atas
rantai hidrokarbon lurus yang pada satu ujung mempunyai gugus karboksil (COOH)
dan pada ujung lain gugus metil (CH3). Asam lemak dibedakan menurut jumlah
karbon yang dikandungnya yaitu asam lemak rantai pendek, rantai sedang, rantai
panjang, dan sangat panjang.
Lemak merupakan sekelompok besar
molekul asam yang terdiri atas unsur-unsur karbon hidrogen dan oksigen meliuti
asam lemak, malam, seterol vitamin-vitamin yang larut dalam lemak (contohnya
A,D,E, dan K) lemak secara khusus menjadi sebutan bagi minyak hewan pada suhu
ruangan lepas dan wujudnya yang padat atau cair yang terdapat pada jaringan
tubuh yang di sebut adiposa. Lemak yang
kita kenal dalam bentuk cair termasuk dalam senyawa yang disebut lipida.
Lemak dan minyak dalam istilah kimia adalah senyawa triacylgliserol, pemecahan
atau hidrolisasi tricoyliseral akan menghasilkan senyawa gliseroldan asam lemak
pada lemak, asam lemak sebagian besar adalah asam lemak jenuh. Sedangkan pada
minyak sebagian besar adalah asam lemak jenuh. Sedangkan pada minyak sebagian besar adalah asam lemak tidak jenuh.
Saponifikasi adalah hidrolisa lemak/minyak dengan suatu basa
kuat. Hasilnya adalah gliserol dan garam dari asam lemak itu sendiri yang
dikenal sebagai sabun.
Bilangan penyabunan suatu lemak/mnyak adalah banyaknya mg
KOH atau NaOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram lemak atau minyak.
Alkohol yang ada dalam KOH berfungsi untuk melarutkan asam
lemak hasilhidrolisa agar mempermudah reaksi dengan basa sehingga terbentuk
sabun.
Pada
praktikum ini hal pertama yang dilakukan adalah menimbang minyak goreng seberat
5 gram. Kemudian ditambahkan dengan 50 ml larutan KOH 0,5 N, larutan minyak
yang semula berwarna kuning bening berubah warna menjadi putih susu. Lalu
campuran 5 gram larutan minyak goreng ditambah dengan 50 ml KOH 0,5 N
dipanaskan didalam air yang mendidih. Selama pemanassan, butir-butir minyak
terlihat pada permukaan larutan berupa buih. Perlahan-lahan buih-buih minyak
yang terlihat pada permukaan larutan mulai menghilang dan larutan yang berwarna
putih susu menjadi keruh. Setelah dingin larutan terdiri atas dua lapisan,
lapisan atas berupa minyak yang berwarna kuning bening, sedangkan lapisan atas
berwarna putih keruh.
Lalu larutan tersebut diteteskan dengan larutan
indikator PP sebanyak dua tetes sehingga larutan berubah warna menjadi merah
muda. Kemudian dititrasi dengan larutan HCL 0,5 N pada setiap sampel sebanyak 31,8 ml sehingga larutan berubah
warna kembali menjadi keruh dan minyak menggumpal dipermukaan.
KESIMPULAN
1. Saponifikasi adalah hidrolisa lemak/minyak dengan suatu basa kuat. Hasilnya
adalah gliserol dan garam dari asam lemak itu
sendiri yang dikenal sebagai
sabun.
2.
Bilangan penyabunan suatu lemak/mnyak adalah banyaknya mg KOH atau
NaOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram
lemak atau minyak.
3.
Alkohol yang ada dalam KOH berfungsi untuk melarutkan asam lemak
hasilhidrolisa agar mempermudah reaksi
dengan basa sehingga terbentuk sabun.
DAFTAR
PUSTAKA
Fessenden.
1982. Bilangan saponifikasi. Gramedia
: Jakarta
Herbamart.
2011. Bilangan penyabunan. Gramedia :
Jakarta
Ketaren.
1986. Pengantar teknologi minyak dan
lemak pangan. Universitas Indonesia press : Jakarta
Levenspiel.
1972. Penyabunan. Butamo : Surabaya
Winarno,
F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi.
Gramedia : Jakarta
0 Komentar