Laporan Fisilogi Tumbuhan : Pengaruh Auksin Terhadap Absisi Organ Tubuh Tanaman


I. PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Berbagai bagian atau organ tumbuhan dapat mengalami absisi (keguguran). Misalnya daun, cabang atau ranting, daun mahkota bunga, bunga dan buah. Proses ini berada di bawah pengaruh auksin. Pembentukan daerah absisi itu di pengaruhi oleh aliran auksin dari helaian daun ke batang. Selama auksin di dalam suatu tanaman cukup, daerah absisi tidak terbentuk. Tetapi sebaliknya, apabila suplai auksin dalam suatu tanaman kurang, maka daerah absisi akan terbentuk.
Kenyataannya bahwa auksin dapat mengontrol proses absisi memungkinkan dilakukannya tindakan–tindakan untuk mengontrol gugur daun, bunga, dan buah.  Auksin termasuk senyawa yang sangat kuat (efektif pada konsentrasi rendah), sehingga perlu dihindarkan kemungkinan pencemaran yang akan berpengaruh terhadap tumbuhan lain. Percobaan yang akan dilakukan berkaitan dengan sistem kerja auksin dalam tanaman merupakan salah satu cara pembuktian apakah benar auksin suatu zat pengatur tumbuh untuk mengontrol absisi suatu tanaman tertentu.

1.2 Tujuan
      Untuk meneliti pengaruh auksin terhadap absisi daun.

1.3. Hipotesis
absisi daun dan bagian tumbuhan lainnya terjadi karena berlangsungnya differensi pada suatu lapisan tertentu pada pangkal petiol,disusul dengan larutnya (hilangnya) senyawa-senyawa pekat sehingga sel-sel terpisah satu dengan lainnya dengan diberikan pasta lanolin dan IAA.


II. TINJAUAN PUSTAKA


Hormon tanaman adalah suatu senyawa organik yang disintesis dalam suatu bagian tanaman dan kemudian diangkut ke bagian tanaman yang lain dimana pada konsentrasi yang sangat rendah akan menyebabkan suatu dampak fisiologis. Hormon harus di translokasikan didalam tubuh tanaman, tetapi tidak disebutkan berapa jauh hormon tersebut harus di angkut, juga tidak disebutkan bahwa hormon tidak akan menyebabkan pengaruh pada sel dimana hormon tersebut disintesis. Auksin yang ditemukan oleh Went, sekarang dikenal sebagai asam indol-asetat (indole 3-acetic acid, disingkat IAA). Beberapa ahli yakin bahwa IAA merupakan hormon auksin yang sebenarnya, atau IAA diidentikkan dengan auksin. Walaupun demikian tanaman mengandung 2 senyawa lain yang pengaruhnya terhadap tanaman sama dengan IAA dan selayaknya juga di golongkan sebagai auksin. Berbeda dengan pergerakan gula, ion, dan bahan terlarut lainnya, IAA biasanya tidak di angkut melalui pembuluh floem dan tidak juga melalui xylem. IAA diangkut melalui saluran pembuluh jika diaplikasikan pada permukaan daun yang cukup dewasa yang telah mampu mengekspor gula, tetapi pengangkutan IAA secara normal dalam batang dan tangkai daun adalah dari daun muda dan melalui sel-sel hidup lainnya, termasuk floem parenkima dan sel-sel parenkima yang mengelilingi jaringan pembuluh. (Lakitan, 1996).
            Auksin adalah salah satu bentuk hormon yang paling banyak diteliti. Terutama berpengaruh terhadap pertumbuhan dengan merangsang pembesaran sel. Dalam merangsang pembesaran sel dan perubahan-perubahan lainnya, Auksin ini bekerja sama dengan hormon-hormon lain. (Anonim, 2009).
            Auksin merupakan istilah generik untuk substansi pertumbuhan yang khususnya merangsang perpanjangan sel, tetapi auksin juga menyebabkan suatu kisaran respon pertumbuhan yang agak berbeda-beda. Respon auksin berhubungan dengan konsentrasinya. Konsentrasi yang tinggi bersifat menghambat. (Anonim, 2008).


III. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat percobaan
Tempat Percobaan : Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian
        Universitas Syah Kuala.
Waktu Percobaan   : Jumat 28 Maret 2014 pukul 10:00-12:00 WIB.


3.2. Bahan dan Alat Percobaan
Bahan : - Tanaman coleus dalam pot
             - Pasta IAA 1000 ppm
             - Pasta lanolin
Alat    : - Kertas label
             - Kertas milimeter/mistar
             - Pisau silet
             - Pengoles pasta

3.3. Prosedur Percobaan
1. 3 pasang daun(6 daun) dipilih dan di potong dengan pisau silet pada pangkal
    helai daunnya dan petiolnya dibiarkan.
2. Pasta lanolin dioleskan pada 3 petiol, dan pasta IAA pada 3 ujung petiol
    lainnya.salah satu petiol di segi pasanganmendapat perlakuan IAA,sedangkan
    yang lain mendapatkan perlakuan pasta lanolin yang digunakan sebagai kontrol.
3. Di setiap petiol label diberikan sesuai dengan perlakuannya.
4. Panjang petiol diukur pada saat percobaan dimulai dan setiap minggu selama 3
    minggu.
6. Petiol yang gugur di catat,dan untuk itu perlu pengamatan setiap 2 hari sekali.




IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil pengamatan panjang petiol tanaman coleus saat percobaan dimulai dan setiap minggu selama petiol gugur.  

          Tabel pengamatan panjang petiol pada tanaman coleus
Perlakuan
Panjang Petiol
Minggu Ke (cm)
0
1
2
Lanolin 1
2,3
-
-
Lanolin 2
2,9
-
-
Lanolin 3
2,2
-
-
IAA 1
3
3
-
IAA 2
3,8
3,5
-
IAA 3
3,4
3,3
-

              Tabel pengamatan gugur petiol pada tanaman coleus
Perlakuan
Gugur Petiol
Hari ke
0
2
4
6
8
10
Lanolin 1
-
-
ü   



Lanolin 2
-
-
ü   



Lanolin 3
-
ü   




IAA 1
-
-
-
-
-
ü   
IAA 2
-
-
-
-
-
ü   
IAA 3
-
-
-
-
ü   




4.2. Pembahasan
Dari hasil yang didapatkan terlihat bahwa cabang yang diberikan IAA lebih lama gugur dibandingkan dengan cabang yang diberikan Lanolin. Pada minggu ke-1 (hari ke-2) petiol yang diberikan pasta lanolin pada ulanagan pertama gugur. Pada hari ke-4, petiol yang diberikan pasta lanolin pada ulangan kedua gugur, begitu juga pada ulangan ketiga. Petiol yang diberikan IAA masih bertahan tidak gugur. Pada hari ke-8 petiol pada ulangan pertama yang diberikan IAA gugur. Kemudian pada hari ke-10 ptiol pada ulangan kedua dan ketiga juga gugur. Seperti yang kita ketahui bahwa IAA mengandung hormon auksin yang dapat mencegah kegugurang daun. Sedangkan Lanolin merupakan pasta biasa yang berbentuk seperti tepung tetapi dicampur dengan IAA agar dapat lengket di petiol tumbuhan. Maka pada percobaan ini keguguran daun lebih cepat terjadi pada lanolin disbanding dengan IAA.
Tangkai daun yang diolesi dengan pasta Lanolin mengalami absisi terlebih dahulu dibandingkan tangkai daun yang diolesi IAA dengan umur yang lebih tua. Hal tersebut dikarenakan daerah yang akan mengalami absisi sel-selnya dapat membelah secara aktif dan sel-sel pemisah yang terbentuk oleh parenkim tidak mudah larut dan bahkan sel-selnya tidak mudah hancur karena pengaruh hormon auksin yang terkandung dalam IAA, sehingga absisi dapat dicegah lebih lama. Pengaruh itu lebih jelas dengan pertambahan panjang tangkai daun yang diolesi IAA.
Percobaan ini membuktikan bahwa hormon auksin sangat berpengaruh pada absisi daun. Apabila daun kekurangan hormone auksin, maka absisi daun akan terjadi lebih cepat dan akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman berkaitan dengan proses fotosintesis.




V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
  1. Petiol yang diberikan pasta IAA lebih lama gugur dibandingkan dengan petiol yang diberikan pasta lanolin;
  2. Absisi daun sangat berpengaruh pada hormon auksin;
  3. Absisi daun akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman berkaitan dengan proses fotosintesis.
  4. IAA merupakan indole-3-acetic acid yang disebut juga sebagai hormon auksin untuk mencegah absisi daun.
5.2. Saran
            Sebaiknya pengamatan pada petiol yang diolesi pasta IAA dan Lanolin dilakukan secara teliti agar mendapatkan hasil yang maksimal dalam pengaruh auksin terhadap absisi organ tumbuh tanaman.

DAFTAR PUSTAKA


Lakitan, Benjamin. 1996. Dasar – Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja   Grafindo Persada : Jakarta     
Anonim,. 2009. Dasar tumbuhan. Pustaka kampus : Malang
Anonim. 2008. Dasar fisiologi tanaman dan tumbuhan. Grafindo : Yogyakarta
Misbakhri. 2011. Penuntun biologi dasar. Erlangga : Jakarta

Posting Komentar

0 Komentar