I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pertumbuhan merupakan proses pertambahan ukuran sel, volume sel,
berat, tinggi, dan ukuran lainnya yang
bisa dinyatakan secara kuantitatif (dapat
diukur dan dihitung dengan bilangan). Pertumbuhan sendiri menunjukkan
suatu pertambahan dalam ukuran dengan menghilangkan konsep-konsep yang menyangkut
perubahan kualitas seperti halnya pengertian mencapai ukuran penuh atau
kedewasaan yang tidak relevan dengan pengertian proses pertumbuhan.
Pertumbuhan sendiri dapat diukur sebagai pertambahan panjang,
lebar, atau luas, juga dapat diukur berdasarkan pertambahan volume, massa atau
berat (segar atau kering). Pola pertumbuhan dapat dibagi dalam tiga fase
pertumbuhan yaitu pertama fase logaritmik atau fase eksponensial, kemudian fase
linier dan yang terakhir fase penurunan kadar cepat pertumbuhan yang kemudian disebut
penuaan (senescene). Peningkatan kadar cepat pertumbuhan terjadi selama fase
linier dan menurun menuju nol selama proses penuaan.
Tanaman secara alamiah tanaman sudah mengandung hormon pertumbuhan
seperti Auksin, giberelin dan Sitokin yang dalam tulisan ini diistilahkan
dengan hormon endogen. Kebanyakan hormon endogen di tanaman berada pada
jaringan meristem yaitu jaringan yang aktif tumbuh seperti ujung-ujung
tunas/tajuk dan akar. Tetapi karena pola budidaya yang intensif yang disertai
pengelolaan tanah yang kurang tepat maka kandungan hormon endogen tersebut
menjadi rendah/kurang bagi proses pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman.
Akibatnya sering dijumpai pertumbuhan tanamaman lambat, kerontokan bunga/ buah,
ukuran umbi/buah kecil yang merupakan sebagian tanda kekurangan hormon (selain
kekurangan zat lainnya seperti unsur hara). Oleh karena itu penambahan hormon
dari luar (hormon eksogen) seperti produk hormonik yang mengandung hormon
Auksin, giberelin dan Sitokinin organik (Non sintetik/kimia) mutlak diperlukan
untuk menghasilkan pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman yang optimal.
1.2 Tujuan
Meneliti laju tumbuh tanaman sejak embrio dalam biji, stadia
vegetative sampai tumbuhan mencapai stadia generative.
1.3. Hipotesis
Tanaman memiliki laju tumbuh sejak dari embrio
dalam biji, stadia vegetative dan stadia generatif . Ditandai dengan
pertambahan tinggi tanaman, jumlah dau pada stadia vegetatif dan jumlah bunga
pada stadia generatif. Tinggi tanaman dan jumlah daun mengalami 3 fase perumbuhan,
yaitu fase logaritmik, fase linear, dan fase penuaan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pertumbuhan
didefinisikan sebagai pertambahan yang tidak dapat dibalikkan dalam ukuran pada
sistem biologi. Secara umum pertumbuhan berarti pertambahan ukuran karena
organisme multisel tumbuh dari zigot, pertumbuhan itu bukan hanya dalam volume,
tapi juga dalam bobot, jumlah sel, banyaknya protoplasma, dan tingkat
kerumitan. Pertumbuhan biologis terjadi dengan dua fenomena yang berbeda antara
satu sama lain. Pertambahan volume sel dan pertambahan jumlah sel. Pertambahan
volume sel merupakan hasil sintesa dan akumulasi protein, sedangkan pertambahan
jumlah sel terjadi dengan pembelahan sel (Kaufman, 1975).
Pada setiap
tahap dalam kehidupan suatu tumbuhan, sensitivitas terhadap lingkungan dan
koordinasi respons sangat jelas terlihat. Tumbuhan dapat mengindera gravitasi
dan arah cahaya dan menanggapi stimulus-stimulus ini dengan cara yang
kelihatannya sangat wajar bagi kita. Seleksi alam lebih menyukai mekanisme respons
tumbuhan yang meningkatkan keberhasilan reproduktif, namun ini mengimplikasikan
tidak adanya perencanaan yang disengaja pada bagian dari tumbuhan tersebut
(Campbell, 2002).
Pada batang
yang sedang tumbuh, daerah pembelahan sel batang lebih jauh letaknya dari ujung
daripada daerah pembelahan akar, terletak beberapa sentimeter dibawah ujung
(tunas). Sedangkan pertambahan panjang tiap lokus pada akar tidak diketahui
pertambahan panjang terbesar dikarenakan kecambah mati (Salisbury dan Ross,
1996).
Kurva
sigmoid yaitu pertumbuhan cepat pada fase vegetatif sampai titik tertentu
akibat pertambahan sel tanaman kemudian melambat dan akhirnya menurun pada fase
senesen (Tjitrosoepomo, 1999).
III. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Waktu
dan Tempat percobaan
Tempat Percobaan :
Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Syah
Kuala.
Waktu Percobaan : Jumat, 21 Maret 2014 pukul 10:00-12:00
WIB.
3.2. Bahan dan Alat Percobaan
Bahan : - Jagung (Zea mays)
- Kedelai (Glicine max)
- Tomat (Lycopersicum esculentum)
Alat : - Kertas millimeter/mistar
- pisau silet
- pot/polybag yang
berisi campuran tanah dan pupuk kandang dengan
perbandingan 2:1, dua pot untuk setiap
kelompok.
3.3. Prosedur Percobaan
1. Benih direndam dalam
gelas piala selama 2-3 jam.
2. 10 benih yang baik di
gunakan dalam percobaan.
3. 3 benih di kupas dan di
buka kotiledonnya, panjang pada embrio di ukur
dengan kertas millimeter dan juga nilai
rata-ratanya.
4. benih tersebut di tanam
di dalam pot,disiram secukupnya dan di pelihara di
dalam rumah kaca sampai berbunga, 2
tanaman disisakan pada umur 14 hari
setelah tanam.
5. pengamatan yang diadakan
sebagai berikut :
a. tinggi tanaman diukur (mulai dari
pangkal akar hingga titik pertumbuhan
tertinggi) pada umur
7,14,21,28,35,42,49,56 hari setelah tanam (tiap minggu
sampai tanaman berbunga.
b. pengukuran dilakukan terhadap 2 tanaman,
dan sisanya dibuang.
c. rata-rata tinggi dari tiap-tiap seri
pengukuran ditentukan.
d. umur tanaman pada setiap pertumbuhan
(vegetative (V) dan Generatif (R)).
Stadia vegetative ditandai dengan
betambahnya jumlah daun pada jagung
atau cabang primer pada kedelai yang
ditandai dengan V1,V2, ... dst,
sedangkan stadia generative ditandai
mulai dari saat berbunga, pengisian biji
ditandai dengan R1,R2,... dst.
7. Grafik tinggi tanaman dan
stadia pertumbuhan tanaman(termasuk petiolnya)
sebagai koordinat dan waktu pengukuran
(umur tanaman) sebagai absisinya
dibuat.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Parameter : Tinggi Tanaman (cm)
Umur tanaman
|
Sampel
|
TOTAL
|
Rata-rata
|
|
1
|
2
|
|||
7
|
4.5
|
3.8
|
8.3
|
4.15
|
14
|
5
|
4.5
|
9.5
|
4,75
|
21
|
11.5
|
11.5
|
23
|
11.5
|
28
|
17
|
16
|
33
|
16.5
|
35
|
21.5
|
19
|
40.5
|
20.24
|
42
|
22
|
20.5
|
42.5
|
21.25
|
49
|
25.5
|
24
|
49.5
|
24.47
|
56
|
28.5
|
26.5
|
55
|
27.5
|
Parameter
: Jumlah Daun (stadia pertumbuhan vegetatif (V))
Umur tanaman
|
Sampel
|
TOTAL
|
Rata-rata
|
|
1
|
2
|
|||
7 (V1)
|
2
|
2
|
4
|
2
|
14 (V2)
|
4
|
4
|
8
|
4
|
21 (V3)
|
6
|
6
|
12
|
6
|
28 (V4)
|
8
|
7
|
15
|
7.5
|
35 (V5)
|
12
|
10
|
22
|
11
|
42 (V6)
|
11
|
11
|
22
|
11
|
49(V7)
|
9
|
10
|
19
|
9.5
|
56 (V8)
|
8
|
9
|
17
|
8.5
|
Parameter
: Jumlah bunga dan terbentuknya polong (stadia pertumbuhan
generatif
(R))
Umur tanaman
|
Sampel
|
TOTAL
|
Rata-rata
|
|
1
|
2
|
|||
7
|
-
|
-
|
-
|
-
|
14
|
-
|
-
|
-
|
-
|
21
|
-
|
-
|
-
|
-
|
28
|
-
|
-
|
-
|
-
|
35
|
-
|
-
|
-
|
-
|
42 (R1)
|
5
|
2
|
7
|
3.5
|
49 (R2)
|
13
|
5
|
18
|
9
|
56 (R3)
|
15
|
6
|
21
|
10.5
|
4.2.
Pembahasan
Percobaan mengenai kurva sigmoid ini bertujuan
untuk mengamati laju tumbuh daun sejak dari embrio dalam biji hingga daun
mencapai ukuran tetap pada tanaman. Pada percobaan ini dilakukan pengamatan
menggunakan 10 biji kacang kedelai yang direndam dalam air selama 2-3 jam.
Setelah direndam dalam gelas piala, diambil 3 biji kacang merah lalu dikupas
bagian kulit luarnya. Hal ini dilakukan untuk menghitung panjang kotiledon biji
kacang merah Phaseolus vulgaris. Kemudian
7 biji lainnya ditanam kedalam
polybag.
Percobaan ini dimulai dengan merendam biji kacang kedelai dalam
air dengan maksud untuk memecah dormansinya. Kemudian mengukur panjang embrio
beberapa sampel biji untuk melihat dan memastikan keadaan embrio sebelum
ditanam. Kemudian sampel yang lain dari biji ditanam pada polybag untuk dilihat
pertumbuhan dari tinggi tanaman sampai stadia generatif yang di ukur setiap hari ke-7, 14, 21, 28, 35,
42, 49, dan 56.
Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa tinggi tanaman
mengalami kenaikan, kenaikan mula-mula tidak begitu cepat, namun lama kelamaan
terus meningkat yaitu dari rata-rata 4.75 cm menjadi 11.5 cm, kemudian 16.5 cm
lalu 20.24 cm, 24.47 cm dan 27.5 cm. Kenaikan ini menunjukkan ukuran kumulatif
dari waktu ke waktu, dimana tanaman pada saat ini berada pada fase logaritmik.
Hal ini sesuai dengan literatur Srigandono (1991) yang menyatakan bahwa kurva
menunujukkan ukuran kumulatif sebagai fungsi dari waktu. Fase logaritmik
berarti bahwa laju pertumbuhan lambat pada awalnya, tapi kemudian meningkat
terus. Laju berbanding lurus dengan ukuran organisme.
Dari
hasil pengamatan diketahui bahwa jumlah daun mengalami kenaikan. Pada mumur
ke-7, ke-14 dan ke-21, pertumbuhan daun meningkat, dari 2 helai menjadi 4 helai
kemudian menjadi 6 helai. Pada saat ini tumbuhan mengalami fase logaritmik,
dimana laju pertumbuhan (v) sejalan dengan waktu (t). Pada umur ke-28, ke-35dan
ke-42, laju pertumbuhan berlangsung konstan, yaitu dari rata-rata 7.5 helai
menjadi 11 helai dan tetap 11 helai pada umur ke-42. Saat ini tumbuhan memasuki
fase linear. Pada umur ke-49 dan ke-56, jumlah daun meurun, yaitu dari 9.5
helai menjadi 8.5 helai. Pada saat ini tumbuhan memasuki fase penuaan yang
dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun. Dan tanaman sudah memasuki stadia
generatif pada umur ke-42, ke-49, dan ke-56. Pertumbuhan generatif (pembungaan
dan terbentu polong) meningkat dari 3.5 bunga menjadi 9 bunga kemudian menjadi
10.5 polong. Hal ini sesuai dengan
literatur Salisbury dan Ross (1992) yang menyatakan bahwa pada fase logaritmik,
ukuran (v) bertambah secara eksponensial sejalan dengan waktu (t). Ini berarti
bahwa laju pertumbuhan (dv/dt) lambat pada awalnya, tapi
kemudian meningkat terus. Pada fase linear, pertambahan ukuran berlangsung
secara konstan. Fase penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat
tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
1. Kurva sigmoid yaitu menggambarkan pertumbuhan tanaman secara cepat
pada fase vegetatif sampai titik tertentu akibat pertambahan sel tanaman
kemudian melambat dan akhirnya menurun pada fase senesen.
2. Tumbuh adalah kenaikan volume yang tidak dapat balik,besarnya
pertumbuhan per satuan waktu disebut laju tumbuh.
3. Percobaan mengenai
kurva sigmoid ini bertujuan untuk mengamati laju tumbuh daun sejak dari embrio
dalam biji hingga daun mencapai ukuran tetap pada tanaman.
4. Percobaan ini dimulai dengan
merendam biji kacang kedelai dalam air dengan maksud untuk memecah dormansinya.
5.2. Saran
Sebaiknya
pengukuran parameter tinggi tanaman dilakukan secara rutin setiap minggunya
sehingga data yang diperoleh lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell. 2002.. Analisis
Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta
Kaufman, P. B. 1975. Laboratory Experiment in Plant Physiology.
Macmillan Publishing Co., Inc : New York
Kimbal, 1992. Tinjauan
Konseptual Model Pertumbuhan dan Hasil Tegakan Hutan. USU-Digital Library :
Medan
Salisbury, F.B dan C.W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid Tiga Edisi Keempat. ITB-Press : Bandung
Tjitrosoepomo, G. 1999. Botani
Umum 2. Angkasa : Bandung
0 Komentar