Laporan Gulma : Etnobotani Tanaman Hias


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang
Etnobotani berasal dari dua kata, yaitu etnos (berasal dai bahasa Yunani) yang berarti bangsa dan botany yang berarti tumbuh-tumbuhan. Istilah etnobotani sebenarnya sudah lama dikenal, etnobotani sebagai ilmu mempelajari pemanfaatan tumbuhan secara tradisional oleh suku suku terkecil, saat ini menjadi perhatian banyak pakar karena keberadaanya dan statusnya. Mengemukakan bahwa etnobotani adalah mendalami hubungan budaya manusia dengan alam nabati sekitarnya. Dalam hal ini diutamakan pada persepsi dan konsepsi budaya kelompok masyarakat dalam mengatur sistem pengetahuan tentang tumbuhan yang dimanfaatkan di dalam masyarakat tersebut (Anggana, 2011).
            Etnobotani sering dikaitkan dengan segala aspek hubungan antara manusia dengan tanaman, banyak yang di manfaatkan sebagai obat-obatan, bahan baku industri dan pakan ternak. Namun pada praktikum ini kita akan mempelajari bagaimana caranya tumbuhan khususnya gulma akan dimanfaatkan sebagai tanaman hias atau tanaman ornamental yang mempunyai tujuan sebagai bentuk kepedulian akan nilai estetika lingkungan. Tanaman yang akan dipakai antara lain adalah pisang hias (Heliconia indica) dan asoka (Saraca indica), akan tetapi ada juga beberapa gulma lain yang akan memperlengkap tanaman hias yang akan kita rangkai.
            Gulma adalah tumbuhan yang peranan, fungsi dan manfaatnya belum diketahui sepenuhnya, gulma memiliki karasteristik yang khas yaitu kecepatan pertumbuhannya yang tinggi dan berkembang biak lebih awal dan efisien. Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat, dan kondisi yang tidak diinginkan manusia. Keberadaan gulma tidak dikehendaki karena gulma mempunyai daya kompetisi yang tinggi (ruang, air, udara, unsur hara) terhadap tanaman yang dibudidayakan, sehingga mengganggu pertumbuhan dan menurunkan kualitas dan kuantitas hasil panen tanaman budidaya (Sukman dan Yakub, 2002).
            Etnobotani tanaman hias pada praktikum ini khususnya memakai gulma yang umum di jumpai di pekarangan rumah, yang pertama adalah pisang hias (Heliconia indica) adalah salah satu contoh spesies dari subclassis Zingiberidae family Heliconiaceae. Spesies ini memiliki habitus herba dengan pola percabangan monopodial serta segi penampang batangnya bulat pipih, batang semu, terdiri dari pelepah daun, berwarna hijau. Berdaun tunggal dengan duduk daunnya roset batang (equitant), bentuk daunnya lanset memanjang (lanceolate) dengan pertulangan menyirip (pinnatus), ujungnya meruncing (accuminatus), dengan pangkal daunnya tumpul atau rompang (obtuse), bagian tepi daun rata (entire). Heliconia indica sangat berkhasiat  sebagai obat pada penyakit diare (Tjitrosoepomo, 2009).
            Gulma pendamping yang akan menjadi hiasan dari pisang hias (Heliconia indica) adalah asoka (Saraca indica) yaitu tanaman legendaris yang bersal dari india dengan bunga yang menyala dan menjalar seperti pagar. Bunga ini banyak tumbuh di sekitar areal pertanaman perkebunan. Tumbuhan ini mengandung tanin, sterol, katekol, senyawa kalsium organik. Kulit batang asoka mengandung  Aluminium, strontium, kalsium, zat besi, magnesium, fosfat, kalium, natrium, dan silika yang sering digunakan untuk bahan obat-obatan tradisional di India. Klasifikasi tumbuhan ini adalah dari Kingdom Plantae, Divisi Magnoliophyta, Class Mgnoliopsida, Family Caesalpinaceae, Genus Saraca  dan Species indica (Mishra dkk, 2013)
            Perkembangan etnobotani tanaman hias sangat perlu dikembangkan untuk pertanian di masa yang akan datang, karena selain dari pemanfaatan gulma yang biasanya sering di artikan sebagai tanaman penggangu bagi manusia sekarang dapat di manfaatkan untuk meningkatkan nilai estetika lingkungan, dan sebagai sumber penghasilan untuk kestabilan ekonomi khususnya di bidang pertanian.

1.2. Tujuan praktikum
            Tujuan praktikum adalah untuk membuat gulma menjadi tumbuhan yang memiliki manfaat oleh manusia.

BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1. Tempat dan waktu
            Adapun praktikum “Etnobotani Tanaman Hias” dilakukan pada hari selasa, 20 Oktober 2015 pada pukul 14.00 WIB dan dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Gulma Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala.

2.2. Alat dan bahan
       A. Alat
            - Gunting
            - Vas bunga
            - Busa oasis

       B. Bahan
            - Pisang hias (Heliconia indica)
            - Asoka (Saraca indica)

2.3. Cara kerja
1.      Gulma digunting sesuai dengan tingkatan di petunjuk.
2.      Di masukkan ke dalam vas yang telah diberikan busa oasis.




DAFTAR PUSTAKA
  
Anggana, A.F. 2011.  Kajian Etnobotani Masyarakat Di Sekitar Taman Nasional Gunung Merapi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Mishra,A. Anil, K. Neelam, R. and Ashok, K. 2013. Phytochemical and Pharmacological Importance of Saraca indica. International Journal Of Pharmaceutical And Chemical Sciences. India. Volume 2 (2).

Sukman, Y dan Yakup. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Faperta Unsri. Palembang.

Tjitrosoepomo. 2009. Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Posting Komentar

0 Komentar